Dusun Welang, dusun pengrajin bambu di kabupaten Kendal memiliki kekhasan tersendiri. Rumah-rumah yang masih tradisional dibalut dengan dinding papan dan bambu. Hutan bambu mengelilingi dusun ini sehingga mereka dapat memanfaatkannya untuk memperbaiki rumah, membuat jembatan dan juga untuk sumber pencaharian penduduknya. Dusun yang saya kira seperti planet lain dari sebuah tata surya, rumah masyarakatnya yang khas dan arsitekturnya sangat inpiratif. Kreatifitas penduduk dusun ini sangat tinggi, bahkan mereka membuat jembatan dari bambu untuk prasarana transportasi. Biaya pembuatan jembatan ini dari penduduk sekitar, menggunakan tenaga mereka dalam membangun dan bahan bangunannya didapat dari hutan bambu di dusun tersebut. Sebuah tindakan yang arif dari penduduk dusun Welang. Dan hasilnya, jembatan ini dapat menjadi sumber pencaharian mereka. Tiap hari banyak masyarakat menggunakan jembatan tersebut, penghasilannya tidak kalah dengan dua angkot dalam sehari. Tiap kali menyeberang, untuk kendaraan, pulang-pergi cukup seribu rupiah. Dengan seribu rupiah ini penduduk desa sekitar dapat mempersingkat waktu tempuh dan membantu mereka dalam berakivitas.
Pak Rochim, ketua RW dusun Welang, bercerita bahwa mereka pernah diminta bantuan untuk membuat dinding dari anyaman bambu bagi korban bencana gempa di Jogjakarta. Mereka mendapat pesanan sekitar dua ribu lembar. Agak aneh waktu saya ke sana dan mengabadikan dusun ini mereka bertanya-tanya soal bantuan utuk jembatan dan juga " apakah saya ini seorang donatur untuk membuat rumah dari bambu ".
Memasuki dusun Welang, didapati sebuah pos ronda di pinggir sungai dan jalan menuju dusun Welang. Pos ronda ini biasanya digunakan warga untuk bercengkrama. Istilah kerennya menjadi community centre. Ada televisi di pos tersebut dan setiap sore para pemuda menggunakan tempat tersebut untuk ngobrol, main kartu, main gitar, nongkrong dan menonton televisi bersama. Tempat seperti ini banyak didapati sepanjang sungai tersebut, terkadang pos ronda ini berdekatan dengan warung kecil.
Koridor jalan menuju dusun Welang, di kanan kiri terdapat pohon-pohon dan pemandangan sawah. Pemandangan yang menyenangkan untuk dilihat, sejuk dan tenang.
Material bangunan yang dipakai pada rumah-rumah di dusun Welang adalah papan kayu dan juga anyaman bambu. Material tersebut mudah di dapat oleh penduduk sekitar.
Rumah yang tergradasi dengan kemodernan, material rumah yang biasanya papan kayu di tambah dengan tembok batu bata.
Bilah-bilah bambu yang dikeringkan dengan cara dijemur.
Beberapa anyaman yang diproduksi oleh penduduk dusun Welang. Di dusun ini tidak terdapat bambu wulung yang berwarna hitam kecokelatan. Bambu di dusun ini kebanyakan bambu apus.
Bambu yang dipotong-potong lalu dijemur di tengah terik matahari.
Masyarakat menggunakan jembatan bambu untuk menyeberangi sungai. Jembatan ini menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi penduduk dusun Welang dan sekitar.
Jembatan bambu ini akan mengalami pergantian bambu setiap 2 tahun sekali. Bambu diambil pada saat musim kemarau dan pada hari-hari tertentu misalnya Rabu Legi dan juga pada saat bulan purnama muncul. Hal ini dimaksud agar bambu bisa bertahan lama dan tidak mudah termakan bubuk.
Tiap kali melintas harus membayar Rp 1000 rupiah pulang-pergi. Jembatan ini menjadi penghubung yang baik dan menciptakan perekonomian untuk desa-desa di sekitarnya. Jarak ke pasar tradisional terdekat bisa ditempuh tanpa harus memutar terlebih dahulu.
Untuk pejalan kaki tidak dipungut biaya. Di mana-mana pejalan kaki memang harusnya diberi tempat yang baik bukan seperti di kota saat ini dimana trotoar untuk pejalan kaki habis untuk PKL dan juga lahan parkir.
Gubuk untuk penjaga lintasan jembatan. Pada saat musim hujan gubuk ini juga berfungsi lain yaitu menjadi tempat berteduh sekaligus bercengkrama dengan pengendara yang kehujanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar