Jadi alkisah aku lagi beribadah dengan tekunnya, begitu pula dengan segenap indera ku yang juga bekerja dengan tekunnya.
Indera penciuman, mencium bau parfum umat lain. Indera peraba, tetap pada tempatnya, agar tidak meraba-raba yang lain. Indera perasa, kebetulan cuti kerjanya, soalnya abis merasakan makan siang yang sangat pedas. Indera pendengaran, yang dengan tenang menerima gelombang suara dari Romo yang sedang berkhotbah. Dan yang terakhir adalah indera penglihatan, yang melihat kesana kemari memandang cewek. Indera penglihatan mungkin bakal kena skors untuk sementara waktu, sedangkan Indera Birowo kayaknya masih tetep nongol di televisi.
Tidak ketinggalan, sang kapten dari semua indera tadi, yaitu si otak, turut ambil bagian untuk berpikir.
Itu tadi hanya selingan pembuka bagaimana semua sistem di tubuhku bekerja. Yang jadi topik pembicaraan sebenarnya adalah tentang khotbah dari Romo.
Sebenarnya biasa aja cara penyampaian verbal nya, tidak jauh beda dengan Romo lain yang berada di wilayah lain dengan wujud yang lain juga.
Khotbah kali ini disampaikan didukung dengan bantuan sebuah alat proyektor. Dengan adanya alat itu, khotbah Romo tidak hanya diterima oleh indera pendengaran saja, tetapi juga dengan indera penglihatan !!
Ini benar-benar sebuah inovasi baru yang fantastis !! ngalahin sinetron cinta fitri yang beratus ratus episode.
Sambil mendengar khotbah Romo, kita juga bisa melihat teksnya yang disampaikan, serasa nonton film barat sambil baca subtitle, bedanya, bahasa yang disampaikan sesuai subtitlenya, nggak ada alih bahasa apapun.
Aku jadi mikir, bagaimana cara berkhotbah dari jaman ke jaman.
dan inilah apa yang kupikirkan...
Khotbah kali ini disampaikan didukung dengan bantuan sebuah alat proyektor. Dengan adanya alat itu, khotbah Romo tidak hanya diterima oleh indera pendengaran saja, tetapi juga dengan indera penglihatan !!
Ini benar-benar sebuah inovasi baru yang fantastis !! ngalahin sinetron cinta fitri yang beratus ratus episode.
Sambil mendengar khotbah Romo, kita juga bisa melihat teksnya yang disampaikan, serasa nonton film barat sambil baca subtitle, bedanya, bahasa yang disampaikan sesuai subtitlenya, nggak ada alih bahasa apapun.
Aku jadi mikir, bagaimana cara berkhotbah dari jaman ke jaman.
dan inilah apa yang kupikirkan...
kira-kira ini abad 17
abad 19 mungkin sudah begini
abad 20 mulai memakai bantuan visual
Mungkin begitu perkiraanku, dan memang itu yang ada sekarang ini.
Kemudian untuk yang selanjutnya, ketika jaman lebih maju lagi, aku berkhayal..
Kemudian untuk yang selanjutnya, ketika jaman lebih maju lagi, aku berkhayal..
kalo abad 21 mungkin udah seperti ini kali ya
dan lama-lama, untuk menyampaikan ceramah, nggak harus bertatap muka dengan orang banyak, nggak perlu capek-capek mengeluarkan gelombang dari pita suara.
Cukup tidur dengan tenang, terus menyampaikan pesannya lewat mimpi.
Cukup tidur dengan tenang, terus menyampaikan pesannya lewat mimpi.
Oleh : Louis Cahyo Kumolo Buntaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar