Senin, 25 April 2011

rumah sosial

Dalam beberapa kesempatan mengerjakan rancangan rumah klien, saya sempat menawarkan pilihan ini (karena memang hidup adalah pilihan). Tanpa paksaan. Hanya berbagi mimpi. Pilihan untuk berbagi ruang (karena memang hidup adalah juga tentang berbagi).
Rumah yang semula hanya kumpulan ruang-ruang pribadi, menyumbangkan bagiannya sedikit saja untuk ruang sosial. Ruang interaksi sosial dengan dan bagi lingkungan sekitar. Dengan memberi (sebagian kecil ruang), justru pemilik rumah akan mendapat (nilai-nilai positif).
Interaksi sosial yang beragam dan tanpa batas sudah hampir musnah di perumahan-perumahan di kota besar. Perumahan-perumahan telah memisahkan diri dari masyarakat sekitarnya dengan membangun pagar keliling yang masif dan tinggi. Keterpisahan sosial makin lebar dan merupakan sumber penyakit sosial yang makin kronis.
Ruang sosial merupakan salah satu gagasan untuk "membeli" kembali interaksi sosial beragam tanpa batas yang sehat. Seperti obat bagi penyakit sosial. Tapi juga sekaligus multi vitamin untuk mencegah penyakit sosial.
Beberapa karya ruang sosial akan, sedang, atau telah dicobakan pada beberapa rumah (sosial) yang disetujui pemiliknya. Rumah rempoa yang terletak di perumahan kecil yang hanya terdiri dari dua atau tiga puluh rumah, memberikan garasinya untuk dialihfungsikan menjadi warung (kopi). Di warung ini, pemilik rumah dengan dan antar tetangga dapat berinteraksi. Ngobrol ngalor ngidul (istilah sunda untuk ngobrol utara selatan alias ke sana ke mari tanpa beban tujuan). Dengan sedikit buku-buku, maka anak-anak dapat membaca buku, mewarnai, berbagi cerita sambil menikmati es serai manis. Warung rumah rempoa pun dapat dimanfaatkan oleh tetangganya untuk mengundang tamu atau teman2nya sambil arisan atau merayakan ulang tahun kecil-kecilan. Silakan berimajinasi untuk memfungsikan garasi menjadi ruang sosial terbuka yang menyenangkan.
Rumah panggung radio dalam, tepatnya di jalan kecil antena iv yang merupakan permukiman lama, pemiliknya sedang diajak untuk memfungsikan teras dalam terbuka (di bawah kamar tidur anak) yang menyatu dengan kebun sebagai ruang sosial. Di sini lebih cocok untuk tempat kumpul ibu2 arisan atau posyandu. Dapat juga nantinya dikembangkan untuk pelatihan bagi warga dalam mengelola sampah lingkungan atau membuat produk-produk daur ulang dan lain-lain yang bermanfaat bagi permukiman tempat rumah ini berada. Bila diperlukan, dapur rumahnya pun dapat melayani aktivitas sosial yang sedang berlangsung, karena letaknya berdekatan.
Rumah lainnya di bekasi yang sedang kami desain, letaknya bersebelahan dengan halaman mesjid. Selama belum dibangun, memang tanah rumah ini sering berfungsi untuk memotong kurban ketika lebaran. Usulan yang telah disetujui pemiliknya adalah membuat halaman luas yang bersebelahan dengan halaman mesjid, yang dapat tetap berfungsi untuk acara2 pemotongan kurban. Selain itu juga merupakan perluasan halaman bermain bagi anak-anak sekitarnya. Rumah bekasi akan menyediakan perpustakaan kecil dekat halaman ini, yang dapat dikelola oleh remaja mesjid sambil menyediakan tempat bakar sate, jagung, atau sekali-kali dapat juga membuat kambing guling. Pastinya, nantinya anak-anak tetangga akan lebih rajin ke mesjid. Paling tidak bermain ke sebelah mesjid.
Ruang-ruang sosial seperti ini, saya yakin dapat menambah keamanan bagi rumah maupun pemiliknya.
Akankah rumah sosial dapat mencegah atau mengobati penyakit sosial di kota2 besar ? Barangkali dapat walaupun sedikit. Tapi konon dari sedikit lama2 dapat menjadi bukit. semoga saja.
di dalam kelambu,

rumah panggung radio dalam
17 januari 2011
yu sing

*seijin pihak terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar