Rabu, 09 Maret 2011

Pakaian Produk

Pernahkah ngebayangin beli air putih “aqua” (terpaksa menyebut merk karena keterbatasan kosa kata) atau air minum mineral dalam wadah yang berupa kantong plastik ?? Apakah kalian mau beli air minum yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik dengan harga 1.500 rupiah ?? Kalo situasinya cukup ekstrim seperti ketika berada di gurun pasir yang sangat gersang tiada ampun, mungkin air minum kemasan kantung plastik itu bakal laku.

Bayangin juga kalo seandainya kita mesen es teh dengan gelas yang bener-bener kotor dan ancur bentuknya (mungkin udah gak menyerupai gelas lagi) dengan beli es teh yang disajikan dalam sebuah kemasan botol dan juga bertuliskan “teh botol sosro” (sekali lagi terpaksa menyebut merk karena keterbatasan kosa kata). Teh botol itu mungkin isinya hanya setengah dari teh dalam gelas gak bentuk tadi, namun entah kenapa harganya akan lebih mahal. Kalo gak percaya, coba aja beli es teh di warung, sama beli teh botol di “indomaret” (lagi-lagi nyebut merk). Kelak kalian bakal bingung, perutnya muat apa kagak buat menampung teh-teh tersebut.

Dua kasus tersebut mungkin dapat dipecahkan dengan mudah oleh om Sherlock Holmes (seandainya dia bener-bener nyata). Namun sebenernya ini adalah masalah yang terbilang cukup sederhana, karena mengandung cukup satu kata . Ini semua adalah masalah “kemasan”, bahasa gaulnya adalah “packaging”.

Ibaratnya manusia itu butuh pakaian, fashion yang tepat, agar manusia tadi bisa terlihat menarik. Meskipun terkadang manusia tampak menarik tanpa pakaian, namun saya jamin, setengah umat manusia akan tampak lebih menarik dengan mengenakan pakaian daripada bertelanjang pantat. Pakaian yang dikenakan pun juga harus sesuai dengan manusianya. Misalkan ada seorang lelaki labil yang pengen tampil layaknya anak band, pantaskah mereka memakai gaun lengkap dengan sayap ibu peri untuk mendapatkan komentar,”wah,lo kayak anak band deh !!” ???? Kalau yang berkomentar adalah seorang maho, tidak heran.

Nah, produk itu juga butuh yang namanya pakaian, tapi namanya bukan fashion, melainkan kemasan atau packaging. Kemasan ini selain bikin menarik, juga dapat menambahkan nilai jual dari suatu produk. Bahkan yang tadinya tidak bernilai, sehabis diberi pakaian, jadi tambah cakep.

Dan sama halnya dengan manusia, kemasan juga harus sesuai dengan produknya. Kita ambil contoh air minum mineral. Bayangkan botolnya berwarna merah. Fokuskan pikiran untuk membayangkan sebuah kemasan air minum mineral berwarna merah. Apakah yang muncul dipikiran anda tetap sebuah air minum mineral, atau malah Fanta (sepertinya memang ditakdirkan untuk menyebut merk yang banyak) ???

Pernah suatu ketika saya berjualan makanan di sekitar jalan pahlawan, sebuah jalan di kota Semarang yang memiliki kelebaran trotoar yang bener-bener lebar, tempat yang cocok buat berjualan makanan, apalagi pas malem hari ketika manusia melakukan kegiatan nongkrong. Alkisah waktu itu bener-bener hanya berniat jualan dengan kemasan yang seadanya. Dan yang terjadi adalah pembeli yang seadanya juga.

Dengan kemampuan seadanya, saya mencoba membuat karikatur wajah temen saya, sambil menyelipkan menu makanan yang kami jual. Walopun tidak begitu ber-efek layaknya film Hollywood, namun penjualan dapat meningkat. Orang-orang yang tadinya ogah ngeliat anak kuliahan jualan makanan gak jelas, menjadi tertarik dengan adanya karikatur tadi itu (meskipun kebanyakan cuma ngelirik doing, tapi gak beli). Karikatur dalam kasus ini berfungsi sebagai sebuah penarik perhatian, karena kemasan dari produk sudah dikenakan seadanya. Terkadang sebagai manusia, kita butuh sebuah aksesoris untuk menarik perhatian manusia lainnya.

Suatu kisah lagi yang dilakukan oleh kecerdikan teman saya, walaupun tidak secerdik kancil. Dia ingin menjual sebuah makanan dengan tetap meraih keuntungan tanpa menanggung beban. Caranya adalah dengan membeli makanan diluar kampus, kemudian memberinya kemasan, dan menjualnya dikampus dengan harga 20% diatas harga pembelian sebelumnya. Trik itu ternyata berhasil, temenku bahkan menjual semua makanannya tanpa bahan pengawet.

Cara klasik dalam kasus kedua ini sebenernya udah sering dipikirkan oleh kebanyakan penjual, tapi gak ada salahnya ketika yang mempraktekkan hal itu adalah seorang mahasiswa tanpa gelar “pedagang kaki lima”. Namun kebanyakan tidak paham betapa pentingnya sebuah kemasan produk. Betapa pentingnya penampilan sebuah barang yang akan dijual. Betapa pentingnya pakaian yang melekat di tubuh manusia dalam menentukan kadar ketampanan atau kecantikan serta nilai jual masing-masing manusia.

--Louis Cahyo K B--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar