Minggu, 14 November 2010

SURAKARTA(SOLO)ku (Bagian II)


Wisata Yang Tak Terduga
Pesona onthel sendiri sebenarnya hanya sebagian kecil dari ‘rahasia’ keunikan Solo. Pasalnya, kuliner di kota ini pun tak kalah menariknya dibandingkan kota-kota lainnya. Perpaduan antara harga yang sangat terjangkau, kehigienisan, serta kelezatan kulinernya membuat ‘rasa’ kota ini pun semakin berwarna, khususnya bagi Odot sendiri. Hampir sepekan penuh, Odot melahap semua jenis kuliner yang tentunya diperkenalkan oleh Gely. Dalam satu hari saja, Odot mampu melahap kuliner setidaknya empat kali. Sungguh peningkatan yang cukup signifikan ketimbang pemuda tersebut berada di Semarang. Hasilnya, fisik Odot pun semakin terlihat subur, sungguh sangat menyenangkan...sungguh menyenangkan. Di sepanjang perjalanan pun, Odot masih dapat menyaksikan keindahan Kota Solo dari segi arsitektur. Kala itu, Gely dan Odot hendak berwisata kuliner dengan menu utama soto. Namun, di tengah perjalanan, kedua pemuda kendati setengah kelaparan tersebut segera berpapasan dengan sebuah bangunan yang cukup monumental di kawasan Kerten. Dari kejauhan tampak bagian atap menjulang tinggi seolah-olah hendak menusuk langit yang dibuat bingung bukan kepalang. Kedua pemuda tersebut segera menggayuh onthel mereka masing-masing hendak mendekat ke arah bangunan tersebut. Tampak rooster-rooster yang sangat khas, yang sebagaian telah diselumuti oleh tanaman pacar tembok. Menurut penuturan Gely, konon, bangunan yang diberi nama Gereja Katolik Santo Paulus Kleco ini pada awalnya merupakan hasil Yusuf Bilyarta Mangunwijaya yang kerap disapa sebagai Romo Mangun. Malangnya, keaslian bangunan ini lambat laun kian sirna karena seringnya mengalami renovasi secara besar-besaran. Namun, ada satu bagian khas Romo Mangun yang masih dapat dikenali oleh masyarakat, yaitu dinding pagar ekterior kompleks gereja tersebut yang berupa rooster.

 Wujud Gereja Dari Kejauhan

 Khas Romo Mangunwijaya

Pedestrian Menuju Gereja

Written By AJMariendo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar