Pada tanggal 14 hingga 19 Februari 2011 berlangsung
pameran kartun dan komik Simon Hureau.
Pameran berlangsung di Alliance Francaise, Denpasar.
Kegiatan acara terdiri dari pameran karya, diskusi pada pembukaan pameran,
dan workshop pada tanggal 15 hingga 17 Februari.
Melalui dua orang teman saya dapat undangan internet
pameran karya seniman Perancis ini.
Beberapa hal keingintahuan muncul akan acara ini.
Pertama, keingintahuan tentang komik 'gaya' Perancis.
Maklum bahwa Indonesia sudah terlalu dekat
dengan komik gaya Jepang dan pula Amerika (walau sedikit).
Kedua, keingintahuan tentang 'sastra-komik' yang tertera pada poster undangannya.
Apa itu 'sastra-komik' yang membedakannya dengan
komik-komik lainnya di sekitar kita?
Ketiga, keingintahuan tentang si seniman.
Dengan dasar itu, di tengah-tengah lembur deadline
saya menyempatkan diri menghadiri acara itu,
utamanya untuk diskusi di pembukaan pameran jam 7 malam.
Beruntung bahwa sesi diskusi belum dimulai ketika saya baru sampai
meskipun sudah 30 menit berlalu dari jadwal.
Pameran yang terbilang sederhana ini pun
ternyata dibuka tanpa 'pembukaan' dan diisi tanpa diskusi 'formal'.
Semua berlangsung cair dan bebas.
Pengunjung bisa langsung menikmati karya dan bertanya
atau berdiskusi langsung dengan sang seniman
dalam bahasa Perancis (kalau bisa) dan Inggris,
ataupun boleh bahasa Indonesia dengan bantuan penerjemah
direktris Alliance Francaise Denpasar, Audrey Lamou.
Kesederhanaan pameran tidak mengurangi rasa apresiasi.
Isi karya pada lembaran-lembaran kertas yang langsung
ditempel begitu saja tanpa bingkai di dinding lebih menarik perhatian.
Karya-karya ini cenderung padat tulisan,
tidak berplot rapi maupun beralur cerita umum,
sebagian besar karya lebih cenderung deskripsi sesuatu
khususnya lingkungan selama perjalanan,
dan yang menjadi kekuatan selanjutnya
adalah pada goresan yang dinamis serta spontan.
Gambar dibuat tanpa bantuan penggaris
dan mungkin cukup bantuan sketsa pensil sebelum ditumpuk tinta.
Sayang bahasa menjadi kendala dalam memahami kartun dan komik ini.
Namun masih bisa dipahami melalui bahasa gambar yang cukup detail.
Yang menarik bagi saya, mungkin juga pengunjung lain,
adalah buku sketsa perjalanan (mungkin lebih tepat sebagai diari bergambar)
yang berisi rekaman visual akan tempat-tempat yang pernah dikunjungi.
Tampaklah di situ semisal suasana pingir jalan kota Jogjakarta,
lingkungan alam Bali, hingga gambaran kamar menginap.
Di lembaran itu selain tertuang goresan-goresan pensil, tinta cat air,
juga terdapat tempelan-tempelan kertas iklan, kemasan produk, dan tanaman.
Paling mengagetkan adalah tempelan hewan-hewan mati
seperti kupu-kupu, cicak, kecoa, ular, tikus,
dan sebagainya yang mungkin ditemuinya sepanjang perjalanan.
Entah bagaimana proses awal keberadaan hewan-hewan tersebut di situ.
Semua sudah menyatu, terawetkan bersama buku itu.
Melihat ketekunan, keterampilan, dan keunikan melalui karya-karya itu
tidak heran jika para Kritikus di Perancis mengakui Simon
sebagai salah satu ahli komik terbaik di zamannya.
Kehebatannya bisa dilihat melalui karya-karyanya yang berjudul 'Office Extensions',
'Empire Of High Walls', atau 'Everything Must Go'.
Baru-baru ini Simon berpartisipasi dalam proyek kolektif
seperti 'Under The Sign of Dolphin', buku anak-anak,
dan 'Suburbs Nomadic', buku perjalanan kerja yang didedikasikan untuk Paris.
Simon Hureau berangkat dari lulusan ilmu alam,
memilih hukum dan fine art
sebelum akhirnya mendaftar di Sekolah Tinggi Seni Dekoratif jurusan ilustrasi.
Tahun 2004, Dove dan perusahaan sejenis mengakui bakat
dan kemampuannya hingga menjadi seperti sekarang.
Simon Hureau telah memilih jalannya.
Sebelum saya pulang memilih jalan saya sendiri
Simon sempat membubuhkan tanda tangan dan usapan tinta pada bukunya yang saya beli.
Sebuah oleh-oleh yang akan saya ceritakan pada kawan-kawan yang lemburan.
- Errik Irwan -
----------------------
Ini tikus asli yang sudah mati! |
Simon Hureau menandatangani dan mewarnai bukunya yang dibeli. |
I
I
I
*Sebagian informasi diperoleh melalui Al'affiche, buletin Alliance Francaise Denpasar edisi Januari-Februari 2011
wao..menarik..
BalasHapus